Andi Admiral (Pemerhati Masalah Sosial Politik)
Pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Lombok Barat (Lobar) periode
2013-2018 akan berlangsung pada 23 September 2013, diikuti 4 (empat) pasang
calon sesuai nomor urut, yakni No. Urut I Pasangan Dr. H Zaeny Arony, M.Pd dan
Fauzan Khalid, S.Ag, M.SI (AZAN), Nomor Urut 2 Pasangan Zahrul Maliki dan H
Irwan (ZAHIR), No. Urut 3 Pasangan Dr. H Mahrip, MM dan Drs. TGH Munajib Khalid
(MAJU) dan No. Urut 4 pasangan Drs. H Ridwan Hidayat dan Syaiful Akhyar, SE
(RISA).
Saat ini tahapan
Pemilukada Lobar tengah memasuki masa kampanye yang dimulai sejak 6 s/d 19
September 2013. Bahkan keempat pasangan tersebut, telah menyampaikan visi dan
misinya dihadapan para wakil rayat Kab Lobar pada 6 September 2013 dan debat
kandidat pada 7 September 2013. Jika menghitung masa kampanye hingga Hari
Pemungutan Suara pada 23 September 2013, maka keempat pasangan calon tersebut hanya
membutuhkan masa 2 minggu untuk memaksimalkan strateginya dalam rangka menarik
dukungan dan simpatik masyarak Lobar, agar mendapat mandat rakyat untuk
memimpin Kab Lobar. Oleh karena itu, cukup menarik untuk mengkaji dan
menganalisa, serta memprediksi peta kekuatan dan kerawanan keempat pasangan
calon tersebut.
Petahana Pasangan Calon
Jika mengacu
hasil Pemilu 2009, sebagai prasyarat Parpol untuk mengusung pasangan calon
dalam Pemilukada, tentu menarik untuk mencermati prosentase perolehan suara
Parpol. Meskipun hasil perolehan suara Pemilu 2009 bagi Parpol pengusung tidak
berkorelasi langsung dengan konstituennya dalam menentukan hak pilihannya saat
pemungutan suara Pemilukada Lobar. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman dalam
beberapa momentum Pemilukada, seperti Pemilukada Kab Lombok Timur dan
Pemilukada DKI Jakarta, yang menunjukkan kemenangan pasangan calon lebih
disebabkan pada kekuatan dan elektabilitas figur. Meskipun demikian, peta
kekuatan perolehan suara Parpol pengusung dapat menjadi salah satu media
perbandingan untuk menakar, menganalisis, dan mempredikisi kekuatan
masing-masing pasangan calon.
Pasangan Nomor
Urut 1 AZAN yang diusung 6 Parpol,
yakni Partai Hanura (4 kursi), Partai Demokrat (4 kursi dengan 21.671 suara sah
atau 8 persen), PDIP (3 kursi dengan 10,948 suara sah atau 4 persen), PAN (1
kursi dengan suara sah 10.427 atau 3,9 persen), PDK (2 kursi dengan suara sah
7.777 atau 2,9 persen), dan Golkar (5 kursi dengan suara sah 25.140 suara atau
9,3 persen) dengan total persentase
dukungan pasangan AZAN sebanyak 42,22 persen. Sementara pasangan Nomor Urut 2 ZAHIR yang diusung 9 Parpol non Parlemen, yakni PPPI (suarah sah
10.704 suara, 2 kursi dengan persentase 4.0 persen), PPN (suara sah
8,665 suara, 2 kursi dengan persentase 3.2 persen), PKPB (suara sah
8,772, 1 (satu) kursi, persentase 3.2 persen), PKB (suara sah
5,837 suara, tidak mendapatkan kursi, persentase 2.2 persen), PSI
(suarah
sah 5.181, tidak memperoleh kursi, persentase 1.9 persen), Partai
Kedaulatan (suarah
sah 1,399, tidak ada kursi, persentase 0.5 persen), PIS (suara sah
2,132, tidak memperoleh kursi, persentase 0.8 persen), PNIM (suara sah
644 suara, tidak memperoleh kursi, persentase 0.2 persen) dan PPI
(suara
sah 5,144, tidak memperoleh kursi, persentase 1.9 persen), hanya mendapat total
dukungan sebanyak
16,03 persen.
Pasangan No. Urut
3 MAJU yang diusung oleh 4 (Empat)
Parpol, yakni PKS (suara
sah 14.815 dengan 4 kursi atau 5.5 persen), Gerindra (suara sah
7,212 dengan 1 kursi atau 2.7 persen), Partai Patriot (suara sah
7,276 dengan 2 kursi atau 2.7 persen) dan PBB (Suara sah
14,155, dengan 4 kursi atau 5.2 persen, dengan total persentase dukungan sebanyak 24,44
persen. Sementara No. Urut 4 RISA
yang diusung 5 Parpol, yakni PPP (suara sah 21,004 dengan 4 kursi atau
7.8 persen), PKNU (suara sah 5, 267 dengan 1 kursi atau
1.9 persen), PKPI (suara sah 5.606 dengan 1 kursi atau
2.1 persen), PKBIB (suara sah 4.501 dengan 1 kursi atau
1,7 persen) dan PBR (suara sah 9.534 dengan 3 kursi atau
3.5 persen), dengan total presentase dukungan suara sebanyak 15,56 persen.
Jika mengacu pada
peta kekuatan Parpol pengusung masing-masing pasangan Calon Bupati dan Wakil
Bupati Lobar, maka terdapat 2 pasangan calon incumbent yang akan bersaing ketat dalam perebutan suara, yakni
pasangan AZAN yang mendapat dukungan sebesar 42,22 persen suara dan pasangan
MAJU sebesar 24,44 persen suara. Sementara
kedua pasangan lainnya, yakni ZAHIR dan RISA masing-masing mendapat
dukungan sebesar 16,03 persen dan 15,56 persen.
Masalahnya, sejauhmana konsistensi mesin Parpol bekerja maksimal untuk
mempertahankan atau meningkatkan elektabilitas pasangan calon yang diusungnya.
Tentu masih banyak faktor lain yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
menganalisa peta kekuatan tersebut, antara lain kekuatan masing-masing figur di
tengah masyarakat.
Figur Dr. H Zaeny
Arony yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati Lobar, sekaligus sebagai
Ketua DPD Partai Golkar NTB, tentu akan banyak diuntungkan dalam posisi sebagai
calon incumbent, sehingga dapat memaksimalkan proses pencitraan melalui program-program
di internal pemerintahan, seperti pemberian bantuan kepada masyarakat dan penguatan
jaringan PNS di tingkat bawah, serta adanya dukungan sejumlah Kepala Desa.
Selain itu, indikator pembangunan fisik dan infrastruktur pendidikan serta
kedekatannya dengan sejumlah pimpinan Ponpes selama menjabat Bupati Lobar juga
dapat menjadi variabel penunjang untuk mendapat simpatik dan dukungan dari para
jamaah maupun pimpinan Ponpes di wilayah Kab Lobar. Hal ini terlihat dari
berbagai dukungan Tuan Guru (pimpinan Ponpes) di media massa terhadap pasangan
AZAN. Hal ini merupakan peluang untuk meningkatkan elektabilitasnya di tengah
masyarakat. Meskipun demikian, figur wakilnya, Faudzan Khalid, S.Ag, MH sebagai
mantan Ketua KPU Provinsi NTB dinilai tidak memiliki basis massa di wilayah Kab
Lobar, sehingga kelemahan ini berpotensi dimanfaatkan lawan politiknya untuk
mempengaruhi tingkat elektabilitas pasangan AZAN. Selain itu, beberapa isu yang
dapat menurunkan tingkat elektabilitas pasangan ini adalah kasus Penyimpangan
Dana Bansos yang melibatkan beberapa Kepala Dinas di lingkungan Pemkab Lobar
selama menjabat Bupati Lobar. Isu ini mulai dieksploitasi lawan politiknya
untuk mendiskreditkan atau merusak citra politik pasangan AZAN.
Sementara figur
dari pasangan
No. Urut II, Zahrul Maliki, SH - Irwan Harimawansyah (ZAHIR), meskipun total
dukungan suara dari Parpol Non Parlemen mencapai 16,03 persen, namun mesin Parpol pengusung tersebut dapat
dipastikan tidak akan dapat bekerja maksimal, karena beberapa Parpol tersebut
sudah tidak lagi lolos pada Pemilu 2014, sehingga kepentingan Parpol tersebut
juga akan kurang berkepentingan untuk memanfaatkan momentum Pemilukada sebagai
ajang pencitraan politik. Selain itu, Zahrul Maliki, SH yang merupakan anggota DPRD
dari PBR Kab Lobar juga tidak diusung oleh partai induknya (PBR), sementara
wakilnya yang merupakan pengusaha di Kec Narmada juga tidak memiliki dukungan massif
dari tokoh-tokoah masyarakat maupun Pimpinan Ponpes. Meskipun demikian,
keberadaan pasangan tersebut berpotensi mempengaruhi dan merusak konstalasi basis-basis
massa dari pasangan calon lainnya.
Pasangan No Urut
3, Dr. H Mahrip, MM dan Drs. TGH Munajib Khalid (MAJU) yang mendapat dukungan
sebanyak 24,44 persen dari Parpol Pengusung, memiliki peluang untuk mendapat
suara signifikan, jika kekuatan mesin Parpolnya berjalan maksimal. Mengingat
kekuatan PKS dan PBB di wilayah Kab. Lobar memiliki basis konstituen yang solid dan ideologis. Kedua Parpol tersebut
tentu akan menjadikan Pemilukada Lobar sebagai medan uji coba untuk menakar
kekuatanya menuju Pemilu Legislatif, meskipun konteks dan kontennya berbada.
Selain itu, keberadaan figur Dr. H Mahrip, MM yang saat ini menjabat sebagai
Wakil Bupati Lobar, tentu akan berupaya maksimal menggerakkan sejumlah kepala
desa yang mendukungnya. Kekuatan pasangan ini akan ditunjang figur wakilnya, Drs. TGH Munajib
Khalid
sebagai seorang ulama/Pimpinan Ponpes dan memiliki basis massa yang cukup
banyak, khususnya di dua Kecamatan, yakni Kec. Batulayar dan Kec. Gunungsari.
Hal ini terbukti pada saat pelaksanaan Pemilukada Kab. Lobar pada 2008, TGH.
Munajib Khalid sebagai calon Wakil Bupati berpasangan dengan calon Bupati, Dr.
Sajim Sastrawan, berhasil melaju keputaran kedua. Kelemahan dari pasangan
tersebut adalah tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari sejumlah Tuan Guru atau
pimpinan Ponpes, baik yang ada di Kec Labuapi, Kec Gunungsari maupun di Kec
Batulayar. Selain itu, kasus Dana Bansos juga dapat dieksploitasi untuk merusak
citra Dr. H Mahrip saat menjabat sebagai Wakil Bupati Lobar.
Sementara
pasangan No. Urut 4 pasangan Drs. H Ridwan Hidayat dan Syaiful Akhyar, SE (RISA)
yang diusung 5 Parpol , yakni oleh PPP, PKNU, PKPI, PKBIB dan PBR, diperkirakan
tidak akan mampu menyaingi pasangan AZAN dan MAJU. Meskipun total persentase
dukungan suara terhadap pasangan RIZA sebanyak 15,56 persen, namun pasangan ini
hanya mengandalkan basis massa dari PPP dan PBR di wilayah Kab. Lobar. Selain
itu, figur Drs. H Ridwan Hidayat yang sebelumnya masih menjabat sebagai Asisten
I Pemprov NTB dan juga sebagai kakak kandung dari Wali Kota Mataram, Akyar
Abduh dinilai kurang bersosialisasi dengan masyarakat Lobar, karena jenjang
karirnya dalam birokrasi lebih banyak dihabiskan di luar wilayah Kab Lobar.
Sementara figur Wakilnya, Syaiful Akhayar, SE juga tidak memiliki basis massa
yang kuat di wilayah Kab. Lobar, terutama di kalangan Ponpes. Meskipun
demikian, keberadaan pasangan RISA tersebut dinilai dapat mempengaruhi
kantong-kantong massa pendukung dari pasangan AZAN dan MAJU pada masa kampanye
hingga pemungutan suara.
Prediksi Kemenangan Dan Pemilukada Satu Putaran
Berdasarkan pada
pemetaan kekuatan Parpol pengusung dan analisa figur, indikator yang menarik
dicermati adalah kolaborasi antara kekuatan mesin Parpol pengusung dengan
tingkat elektabiltas figur, serta adanya polarisasi dukungan kelompok-kelompok
masyarakat, baik secara struktural kelembagaan maupun personal ketokohan.
Mengacu hasil analisa
tersebut, maka terdapat dua pasangan yang diperkirakan akan mendapat suara
signifikan, yakni pasangan Nomor Urut 1 AZAN dan pasangan Nomor Urut III MAJU. Sementara pasangan No. Urut II ZAHIR dan pasangan Nomor
Urut 4 RISA diperkirakan tidak akan mendapat suara signifikan, namun keduanya
berpotensi dapat mengganggu konstalasi dan konfigurasi peta kekuatan politik
pasangan AZAN dan MAJU. Selain itu, pelaksanaan Pemilukada Kab Lobar diperkirakan
akan berlangsung “satu putaran”,
mengingat dominasi pasangan calon incumbent
yang diperkirakan akan mampu mencapai 30 persen suara lebih.
Meskipun jumlah pasangan
calon peserta Pemilukada diikuti 4 pasangan calon, namun peta kekuatan dan kelemahan
masing-masing pasangan calon, diperkirakan akan dipengaruhi oleh dinamika dan
eskalasi politik yang cukup tinggi, terutama tingkat persaingan yang ketat dalam
memperebutkan basis dukungan massa. Apalagi keempat pasangan calon tersebut
akan memperebutkan suara dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebesar 454.461 orang
yang tersebar 1.251 TPS yang ada pada 122 desa/kelurahan dan 10 kecamatan.
Hal ini ditandai munculnya beberapa gerakan massa untuk mengeksploitasi
isu-isu negatif untuk saling menjatuhkan. Kemungkinan akan diperparah pada saat
berlangsung kampanye terbuka maupun dialogis. Kondisi tersebut juga ditandai
munculnya polarisasi dukungan para kepala desa dan Tuan Guru di wilayah Kab
Lobar, baik yang memberikan dukungan secara terbuka di media massa maupun
melalui pertemuan-pertemuan non formal yang dilakukan pasangan calon.
Kerawanan dan solusi
Keterlibatan
beberapa Tokoh Agama (Tuan Guru) dan pimpinan Ponpes dalam mendukung pasangan
calon, diperkirakan akan meningkatkan eskalasi konflik di tengah massa
pendukung. Selain itu, adanya polarisasi dukungan kepala desa terhadap pasangan
calon, akan berdampak negatif
terhadap kondisi sosial-politik masyarakat di tingkat desa, karena
masing-masing kepala desa yang memberikan dukungan dipastikan akan berupaya
menarik simpatik atau mengarahkan masyarakatnya untuk mendukung pasangan calon
yang diusungnya. Kondisi ini rawan dieksploitasi dan dimanfaatkan untuk
kepentingan kelompok politik, sehingga dapat berimbas terhadap terjadinya
pengkotak-kotakan di dalam masyarakat. Pada sisi lain, keterlibatan sejumlah kepala
desa dalam memberikan dukungan kepada pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati
Lobar, terutama terhadap calon incumbent,
juga dikhawatirkan dapat mengeksploitasi bantuan dari program-program
pemerintah, seperti Raskin, BLSM, dan Bantuan Siswa Miskin untuk menarik atau
mengarahkan dukungan masyarakatnya terhadap salah satu pasangan calon yang
diusungnya, sehingga bantuan melalui program-program pemerintah pusat yang
telah dipolitisasi tersebut akan menjadi tidak tepat sasaran. Sebaliknya,
keempat pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati tersebut, akan terus berupaya
merekrut dukungan dari kepala desa dengan menggunakan berbagai cara, sehingga
pelibatan kepala desa menjadi tim sukses sangat berpotensi memicu konflik massa
pendukung dan gesekan kepentingan di tengah masyarakat.
Permasalahan lain
yang berpotensi menimbulkan kerawanan, diantaranya masalah akurasi DPT dan
masalah netralitas PNS, sehingga dapat menjadi celah terjadinya sengketa
Pemilukada bagi pasangan calon yang kalah, terutama pasca pelaksanaan
Pemilukada Kab Lobar.
Namun demikian, siapapun pemenangnya, perlu didukung untuk mewujudkan
Pemilukada secara demokratis, jujur dan adil, karena Pemilukada Lobar hanya
sarana politik untuk memilih pemimpin yang berkualitas dan demokratis. Hal ini,
tentu menjadi tanggung jawab seluruh stakeholder.
Diperlukan sinergitas antara penyelenggara pemilu, aparat keamanan, Pemda, Parpol
pengusung, Tim Sukses, kandidat pasangan calon dan masyarakat untuk mewujudkan
Pemilukada Lobar yang damai, tanpa mengorbankan kepentingan rakyat. Karena itu,
pernyataan deklarasi Pemilukada damai yang digelar KPU Lobar pada 5 September
2013 tidak hanya diwujudkan dalam ucapan, tetapi juga diperlukan konsistensi sikap,
tindakan dan perilaku, demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Lobar.
Wallahu
a’lam bissawab.
