Sabtu, 15 November 2014



URGENSI PENGALIHAN DANA SUBSIDI BBM
BAGI KESEJAHTERAAN RAKYAT

Oleh Andi Admiral (Pemerhati masalah Sosial Politik di NTB)

Wacana pengalihan dana subsidi BBM oleh pemerintahan Jokowi-JK telah menjadi polemik di tengah masyarakat. Di satu sisi, kebijakan tersebut dinilai negative karena akan diikuti dengan penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang memiliki efek domino terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok dan memicu tingginya biaya produksi. Pada sisi lain, kebijakan pengalihan subsidi BBM dinilai positif karena penggunaan dana subsidi tersebut selain untuk mendukung kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam menjaga pemerataan terhadap akses ekonomi dan pembangunan, juga berperan penting menjaga keompok masyarakat miskin agar tetap memiliki akses terhadap pelayanan publik, pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur.
Sayangnya kebijakan pengalihan subsidi BBM ini hanya selalu disorot dari sektor dampak kenaikan harga BBM. Padahal, jika dikaji lebih jauh, keuntungan dari pengalihan subsidi BBM untuk pembangunan berbagai sektor publik, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, maupun pembangunan ekonomi dan sosial, jauh lebih  bermanfaat. Penerapan subsidi BBM selama ini hanya menguntungkan kelompok masyarakat menengah keatas dan para pemodal borjuis, boleh dikata “tidak tepat sasaran”. Sejatinya, subsidi BBM justru dapat membantu masyarakat miskin agar lebih sejahtera, khususnya dalam sektor kesehatan dan pendidikan.
Dalam APBN-P 2014, anggaran subsidi BBM diperkirakan akan melampaui dari target yang sudah ditetapkan. Subsidi diperkirakan mencapai Rp 246,5 triliun dengan volume BBM subsidi 46 juta kiloliter. Sementara, program pengendalian subsidi BBM Rp 403 triliun, terdiri atas subsidi energi Rp 350,3 triliun, yaitu subsidi BBM Rp 246,5 triliun dan subsidi listrik Rp 103,8 triliun, serta subsidi non energi Rp 52,7 triliun.

Urgensi Pengalihan Subsidi BBM
Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Latif Adam, menyetujui konsep realokasi atau pengalihan subsidi BBM yang akan dilakukan Jokowi ke sektor usaha yang produktif, seperti benih dan pestisida untuk petani, serta solar untuk nelayan. Menurut Latif, pengalihan dana subsidi BBM memang perlu difokuskan pada program untuk masyarakat menengah ke bawah, seperti dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan beras miskin (Raskin). Menurutnya, jika subsidi BBM tidak dikurangi, utang negara akan membengkak sekitar 2,13 persen. Sedangkan, menurut Undang-Undang Keuangan Negara, batas maksimal APBN dan APBD adalah 3 persen dari PDB, dengan rincian 2,5 persen pemerintah pusat dan 0,5 persen pemerintah daerah.
Mohammad Ikhsan, ekonom Universitas Indonesia (UI), mengatakan orang yang tadinya miskin harus ditingkatkan menjadi lebih baik. Hal ini penting karena pencabutan subsidi BBM akan menaikkan pengeluaran orang yang tidak mampu. Ia mengharapkan adanya kenaikan derajat sosial dalam pengalihan subsidi BBM. Yang tadinya tidak bekerja menjadi bekerja. Untuk itu, dia menekankan agar pengalihan subsidi BBM dapat dialihkan ke pengembangan sektor pendidikan dan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat mendukung pembangunan industri manufaktur. Pembangunan ini dapat menghasilkan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga terdidik. Sementara Lukito Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri Bappenas, mengatakan pencabutan subsidi BBM menjadi hal yang penting. Namun yang paling penting adalah menentukan skema yang akan dilakukan bagaimana daya beli masyarakat tidak serta merta tergerus akibat kenaikan harga BBM.
Selain itu, pemerintah berjanji akan mengalihkan dana subsidi bahan bakar minyak (BBM) senilai 23,8 triliun untuk pembangunan waduk dan irigasi. Pembangunan ini rencananya dimulai pada Februari 2015, guna mewujudkan kemandirian pangan. Presiden Joko Widodo juga mengatakan, anggaran untuk pembangunan waduk berkisar Rp 8,2 triliun, yang akan dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera). Sedangkan sisanya Rp 15,6 triliun untuk irigasi tersier yang akan dikerjakan oleh Kementerian Pertanian. Dana pengalihan subsidi BBM ini dikonsentrasikan untuk mewujudkan kemandirian pangan, khususnya sistem irigasi. Pemerintahan Joko Widodo dalam janji kampanyenya berkomitmen membangun 25-30 bendungan baru dalam lima tahun, diantaranya di Aceh, Banten, Sulawesi Utara, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.
Berangkat dari pandangan tersebut menunjukkan bahwa rencana pencabutan subsidi BBM, yang akan dialihkan untuk pembangunan sektor-sektor produktif, seperti irigasi, infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan, pangan, serta peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan, jauh lebih produktif menunjang kepentingan rakyat miskin. Penerapan subsidi BBM selama ini hanyalah bentuk pencurian hak-hak rakyat miskin secara terselubung.
Di beberapa negara lain, harus diakui tetap menerapkan kebijjakan subsidi, namun yang perlu dicermati adalah bagaimana negera-negara tersebut menggunakan subsidinya secara tepat sasaran. Misalnya bagaimana subsidi tersebut diberikan kepada petani dan nelayan memperluas produksi serta memperluas akses pasar internasional. Demikian pula, penggunaan subsidi dalam rangka memberikan pelayanan dasar terhadap masyarakatnya.
Karena itu, subsidi yang tepat sasaran akan membawa efek ekternalitas. Subsidi sektor pendidikan dan kesehatan diyakini akan mampu meningkatkan kualitas SDM, mendorong meningkatnya daya saing dan produktivitas, serta menjamin pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Jika demikian, langkah pencabutan dan pengalihan subsidi BBM oleh pemerintahan Jokowi-JK adalah langkah yang tepat untuk menyelematkan sekaligus membela hak-hak orang miskin. Pencabutan dana subsidi BBM juga akan semakin meningkatkan alokasi anggaran dalam pembiayaan berbagai program peningkatan kesejahteraan rakyat. Konsekuensi dari kebijakan tersebut adalah penaikan harga BBM tidak dapat dielakkan. Jika kebijakan tersebut adalah bentuk pembelaan terhadap hak-hak rakyat miskin, lalu mengapa kita harus menolaknya. Bukankah, kita adalah bagian dari kelompok yang selama ini turut memperjuangkan kepentingan masyarakat miskin?  Adalah sebuah kewajiban kita bagi pejuang-pejuang hak-hak rakyat miskin (proletar) untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut guna mewujudkan terciptanya keadilan sosial dan pemerataan pembagunan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Wallahua’lam bisshawab.

Rabu, 05 November 2014








RIBUAN ELANG (RAPTOR) MIGRAN SERBU PULAU LOMBOK

Oleh Andi Admiral, Deddy Darmawan dan Ismawan Hariadi

Dalam dua minggu terakhir di Bulan Oktober 2014, Pulau Lombok mulai “diserang” dengan kedatangan ratusan sampai dengan ribuan ekor burung elang (Raptor) / Burung Pemangsa yang terbang dari (migrasi) Asia Timur. Fenomena ini akan terus terjadi hingga akhir November 2014. Berdasarkan data Raptor Indonesia (salah satu lembaga yang aktif melakukan pengamatan terhadap perjalanan burung Raptor Migran), bahwa Burung pemangsa atau raptor, lebih umum dikenal dengan sebutan “Elang” memanfaatkan alam Indonesia yang beriklim tropis dan hangat untuk mencari makan dan bertahan hidup sampai mereka siap untuk berbiak (kawin) dan kembali ke tempat asalnya. Pada saat – saat migrasi burung – burung elang tersebut terbang membentuk sebuah kelompok yang sangat besar mulai dari ratusan hingga ribuan ekor dan sungguh merupakan fenomena alam yang menjadi pemandangan luar biasa.

Atas dasar tersebut, Lombok Wildlife Photography (LWP) sebagai salah satu komunitas yang bergerak dalam bidang Fotografi Kehidupan Liar terus berupaya melakukan pengamatan dan mendokumentasikan kehadiran ribuan raptor yang masuk ke wilayah Pulau Lombok.

LWP sebagai komunitas dengan beberapa member aktif dan solid dengan aturan grup yang telah disepakati bersama hingga kini masih memanfaatkan jejaring social facebook dalam berkomunikasi antar member, juga selain melalui telepon selular serta lewat tag (tanda) dalam fitur facebook tersebut, juga kami para member berbagi informasi tentang temuan foto satwa menarik kepada semua orang di luar grup baik di jejaring facebook, website fotografi, website pendidikan seperti Wikipedia dll. LWP SANGAT berkonsentrasi pada fotografi SELURUH satwa liar HANYA SAJA pada beberapa bulan ini trend foto burung sedang diminati para member, tetapi tidak menutup mata pada objek-objek satwa menarik lainnya seperti foto serangga (macro), mamalia dan ular (reptile) yang sangat rajin juga didokumentasikan para member. LWP sangat terbuka, membuka diri dan sangat MENGHARGAI terutama kepada semua fotografer di Lombok pada khususnya dan diluar Lombok pada umumnya yang ingin bergabung, “IKUT HUNTING BERSAMA DAN AKTIF BERKARYA”. Untuk diketahui, LWP bukan sebagai komunitas eksklusif dalam berbagi informasi eksplorasi, pengamatan, dan mendokumentasikan kekayaan Flora dan Fauna yang ada di wilayah Pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya tentunya.

Pengamatan dan pendokumentasian khususnya bagi fenomena kehadiran burung Raptor yang terjadi 2 (dua) kali dalam setahun yaitu sekitar bulan Maret s/d Mei dan bulan September s/d Nopember di wilayah Pulau Lombok, hingga saat ini masih sangat kurang, bahkan catatan atau data (dokumen) tentang jalur masuk dan habitat yang sering disinggahi di wilayah Pulau Lombok (bahkan NTB secara umum) masih sangat sedikit (minim). Selain itu, fenomena kehadiran Raptor Migran ini belum banyak disaksikan ataupun diketahui oleh masyarakat luas di NTB. Padahal, fenomena Raptor migran ini hanya terjadi 2 kali dalam setahun. Dengan jumlah populasinya yang relatif besar, yakni mencapai puluhan ribu ekor, sangat menarik untuk dicermati dan dapat menjadi objek wisata di wilayah Pulau Lombok, jika dikelola dengan baik dan professional.

Karena itu, LWP berharap seluruh elemen masyarakat NTB, terutama bagi akademisi, peneliti, pencinta lingkungan maupun satwa liar, fotografer, dan seluruh komponen masyarakat dapat mengetahui fenomena dan siklus kehidupan Raptor Migran. Mereka bermigrasi untuk menghindari cuaca dingin di belahan timur dan utara bumi. Pulau Lombok dari NTB ini mendapat kehormatan menjadi daratan dan jalur lintasan sekaligus persinggahan sementara bagi para Raptor tersebut dan jika fenomena ini dapat dikelola dengan baik dapat menjadi potensi ekowisata tetap di Pulau Lombok.

Berdasarkan hasil pengamatan sementara yang dilakukan LWP sejak 18 s.d 23 Oktober 2014, pukul 08.00 s.d 17.00 Wita, terpantau jumlah raptor migran yang melintas dan masuk wilayah Pulau Lombok, tercatat sekitar 200 hingga 300 ekor perhari. Pengamatan ini dilakukan di sepanjang pesisir utara Pulau Lombok, yakni Pantai Nipah, Kecinan, Mentigi, dan Teluk Nara Kec Pemenang Kab Lombok Utara. Selain itu, anggota LWP juga telah menemukan Raptor jenis Sikep Madu Asia yang melintas di atas Bendungan Batujai Kab Lombok Tengah, namun masih dalam jumlah sangat sedikit. Sementara jumlah populasi ini diperkirakan masih akan meningkat mencapai ribuan ekor perhari, terutama pada awal hingga pertengahan November 2014.

Untuk sementara jalur lintasan pintu masuknya burung Raptor migran di Pulau Lombok tersebut disimpulkan melalui jalur Pantai Utara Lombok (melintas diatas Gili Trawangan), kemudian tersebar melalui jalur Selatan dan sebagian ke arah timur lereng Gunung Rinjani, kemudian menuju Nusa Tenggara Timur dan Australia. Raptor Migran ini melintas benua dengan jarak puluhan ribu kilometer untuk mencari makan atau untuk mendapatkan cuaca yang hangat untuk melanjutkan siklus perkembangbiakan mereka. Terbang menyebrangi lautan yang sangat jauh tersebut tentu membutuhkan energy yang sangat besar, demi menghemat tenaga Raptor migran ini memanfaatkan energi matahari. Caranya, di pagi hari mereka sudah bersiap-siap di ujung dahan pohon yang tinggi. Ketika hari makin siang, udara makin panas, maka akan muncul gejala thermal (udara yang bergerak ke atas karena panas).
Raptor inipun terbang berputar ke atas (soaring), setinggi mungkin mengikuti thermal. Selanjutnya kawanan burung inipun akan meluncur/melayang sejauh mungkin. Ketika sudah rendah, mereka akan terbang ke atas kembali melakukan soaring dan seterusnya. Malam hari pun mereka beristirahat menunggu matahari esok pagi. Burung-burung ini akan tetap berkunjung ke Pulau Lombok, sejauh alamnya masih terjaga asri. Bila alam sudah berubah, mungkin mereka akan berpindah ke tempat ‘wisata’ lain, karena itu menjadi tanggung jawab bersama untuk terus melestarikan alam (hutan).

Dari 8 jenis sepesies Raptor migran yang terdata pernah masuk dan melintas di wilayah Pulau Lombok dalam setiap tahun musim migrasi (Oktober-November), saat ini baru teridentifikasi 3 jenis, yakni Elang - Sikep Madu Asia atau Oriental Honey – buzzard (Pernis ptilorhynchus), Elang-Alap Cina atau Chines Sparrowhawk (Accipiter soloensis), dan Elang Alap Nipon/Jepang atau Japanes Sparrowhawk (Accipiter gularis). Hanya saja jumlah jenis populasi yang terdata pernah masuk Pulau Lombok belum memiliki data perbandingan, karena kurangnya data.

Di beberapa daerah di Indonesia, bahkan dunia, banyaknya jumlah populasi burung-burung migran, banyak sekali mendapat perhatian dari para pemerhati raptor. Bahkan, mereka mendirikan komunitas-komunitas pecinta burung untuk bisa melakukan pemantauan bersama terhadap populasi yang melakukan migrasi. Untuk tahun 2014, beberapa kegiatan dilakukan dalam bentuk festival, seperti di Puncak Paralayang Bogor Jawa Barat, Puncak Gunung Batu Lembang Jawa Barat, maupun di Gunung Sega Bali Denpasar. Sementara di Thailand, para peneliti Raptor berkumpul di Radar Hill, Chumpon dan di Malaysia, para peneliti juga berkumpul di Tanjung Tuan guna memastikan terjaminnya kelangsungan hidup satwa dilindungi yang juga menjadi gambaran tetap terjaganya kelestarian alam itu. Disana juga ada kelompok studi, terdiri dari berbagai peneliti dari berbagai negara seperti Jepang, Korea, Thailand. Biasanya, mereka juga berkomunikasi dengan kita di Rupat untuk memastikan rute tempuh raptor tersebut.

Sayangnya di Pulau Lombok belum ada lokasi paten untuk pengamatan pintu masuk raptor. Karena itu, hasil pengamatan yang dilakukan LWP, terdapat beberapa titik lokasi yang dapat dijadikan pengamatan pintu masuk Raptor, sekaligus menjadi objek wisata tahunan bagi para pengamat Raptor Migran di dunia, yakni Gunung Pejanggi, Gunung Baturuku dan Gunung Malimbu yang semuanya terletak di wilayah Utara Pulau Lombok. Lokasi yang paling strategis dapat dikembangkan adalah bukit diatas Kantor LIPI NTB yang terletak di Teluk Nare Kec Pemenang Kab Lombok Utara.

Sejumlah kawasan tersebut juga dapat menjadi kawasan konservasi Raptor di NTB, khususnya Pulau Lombok. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kerjasama yang baik dari pemangku kawasan, baik dari pihak pemerintahan, praktisi dan peneliti, masyarakat bahkan stakeholder yang berada di kawasan tersebut. Dalam hal ini, LWP akan berupaya menggagas Festival Pengamatan Raptor Migran pada bulan Oktober-November 2015 (siklus tahunan) dengan mengundang dan mengajak para pengamat burung, fotographer, Filmaker, Lembaga Konservasi, LSM, bahkan secara individu untuk bersama-sama membuat video dokumentasi ini. Kegiatan ini bertujuan selain untuk mengetahui sebaran raptor dari sisi jenis dan habitat, juga dapat menjadi sensus Raptor yang ada di Pulau Lombok yang bernilai ekowisata dalam rangka mendukung program Pemerintah Provinsi NTB untuk mewujudkan Visit Lombok-Sumbawa 2015. Wallahua’lam bissawab, semoga bisa terwujud.


LAMPIRAN FOTO DAN KETERANGAN :

1.  Elang Sikap Madu Asia || Oriental Honey – buzzard || Pernis ptilorhyncus (Temmicnk, 1821).
Sub – species : Terdapat beberapa anak jenis (sub species) untuk Sikep Madu Asia. P.p.orientalis berbiak di Asia Timur ras migrant musim dingin, P.p.torquatus Sumatera, Jawa & Kalimantan, memiliki jambul panjang 11 – 13 Cm, P.p.ptilorhyncus ras jawa dengan jambul panjang dengan warna coklat cerah hingga gelap dan P.p.ruficolis tersebar di Asia Selatan yang juga bermigrasi ke Asia Tenggara.
Karakteristik : Berukuran sedang 53 – 65 cm memiliki warna bulu yang sangat bervariasi mulai dari Gelap (dark morp), Coklat (Brown morph), Terang (Light Morph) dan yang memiliki corak garis melintang di perut. Semua bentuk mempunyai warna tenggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam, sering dengan garis mesial. Ciri lainya adalah ketika terbang leher panjang dan kepala relatif kecil menyempit. Paruh abu – abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik pada jarak dekat.
Jantan: Memiliki warna pipi abu – abu pucat dengan warna iris mata gelap. Garis ekor berpola teratur tiga garis kontras, Hitam, Putih , hitam tebal. Betina : Memiliki warna pipi terang tanpa warna abu – abu dengan warna iris mata Kuning. Pola ekor yang tidak teratur dengan warna hitam, terang, hitam, terang, hitam terlihat seperti garis 4 – 6 garis ekor. 
Juvenile : Warna “cere” kuning kontras dengan warna paruh yang keabu – abuan, wing wondows cenderung terang dan warna ekor tidak berpola.
Habitat : Hutan hujan daratan dengan curah hujan sedang sampai tinggi. Sering mengunjungi hutan pegunungan. Lebih menyukai kawasan dengan hutan hujan alami dengan jumlah populasi lebah alami yang tinggi.
Berbiak : Musim kawin umumnya bulan Juni hingga Agustus. Sarang berukuran lebar sekitar 80 cm atau lebih dengan kedalaman 25 cm atau lebih dan di India lebih kecil dengan lebar 40 – 50 cm dan kedalaman 20 cm. Terdiri dari ranting kering dan jarang dedaunan hijau. Jumlah telur rata – rata 2 butir dengan masa pengeraman 28 – 35 hari.
Makanan : Makanan utamanya adalah larva lebah, sarang lebah, kepompong, lalat kerbau menjadi makanan yang disukainya. Kadang memakan reptilia seperti ular.
Kebiasaan dan Status Migrasi : Menyerang dan merusak sarang lebah untuk mendapatkan larva dan madu sebagai makanan utamanya. Sewaktu terbang terlihat kepakan yang khas. Flap – flap – flap Glide. Merupakan pengunjung musim dingan yang umum dan teratur di Indonesia antara bulan Oktober – November (Autumn Migration) dan Maret – Mei (Spring Migration ).
Status Keterancaman dan Perlindungan : Hilangnya hutan dataran rendah di Indonesia yang menjadi wintering area. Perburuan illegal dan perdagangan serta pemeliharaan kalangan hobbies menjadi ancaman serius bagi konservasi raptor di Indonesia. Kegiatan pemantauan rutin merupakan kegiatan positif untuk kampanye konservasi raptor di lokasi yang menjadi perlintasan, persinggahan bahkan tinggal raptor migrant. Dilindungi Undang – Undang No. 5 Tahun 1990 dan PP 7 & 8 tahun 1999. Least Consern (IUCN 2011), Appendix II CITES.
Sumber keterangan (http://raptorindonesia.org/sikep-madu-asia/)

Sub Spesis Orientalis : Sepasang Jantan (posisi atas) dan Betina (posisi bawah) / Fotografer : Andi Admiral

Sub Spesis Orientalis Female (betina) / Fotografer : Andi Admiral

Sub Spesis Orientalis Male (Jantan) / Fotografer : Deddy Darmawan

Sub Spesis Orientalis Male (Jantan) / Fotografer : Deddy Darmawan

Sub Spesis Orientalis Male (Jantan) / Fotografer : Andi Admiral

Sub Spesis Orientalis Male (Jantan) / Fotografer : Andi Admiral

2.     Elang-alap Cina || Chines Sparrowhawk (Accipiter soloensis Horsfield, 1821).

Berukuran kecil. Panjang tubuh 27-35 cm, Rentang Sayap 52-62 cmdan berat tubuh untuk individu jantan 140 gram dan Betina 204 gram.
Dewasa: ” Tubuh bagian atas berwarna abu-abu gelap”. Tubuh bagian bawah umumnya putih”. Tenggorokan dan sisi perut berwarna merah muda hingga coklat kekuning kuningan” dan ”Bulu prmer yang kehitaman” merupakan ciri yang membedakannya dari jenis lain. Individu jantan dan betina umumnya sama, bagian dada punggungnya lebih kecoklatan dan lebih pudar, bagian dada dan sisi perut berwarna merah karat tipis hingga coklat kekuningan dengan gars lengkung ke bawah dan melintang. Mata coklat tua hingga merah tua. Remaja: Tubuh bagian bawah semuanya berwarna krem-putih, dengan garis-garis membujur dan coretan pada ekor bagian bawah. Mata berwarna kehijauan.
Penyebaran Di Dunia : Berbiak di Pulau Ussuri Selatan dan Korea, Cina Tengah, Cina Selatan dan Taiwan. Pada musim dingin mengunjungi Cina Tenggara dan Hainan, melewati Indocina Selatan, Filipina dan Indonesia dan terus ke Papua New Guinea barat dan biasanya hingga Micronesia Barat. Di Indonesia: Andaman, Nicobars, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara (paling tidak Bali dan Flores), Maluku (Bag. Utara P. Bacaan dan Halmahera), Sula, Sulawesi, Buton, Sangir dan Talaud (Sulawesi Utara).
Di Indonesia : Simeulue, Nias, Kepulauan Banyak, Sumatra, Kepulauan Tambelan, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sulawesi, Buton, Sula, Sangihe dan Kepulauan Talaud, Ternate, Halmahera, Morotai, Bacan, Waigeo dan Gag.
Habitat : Kebiasaannya mendiami hutan-hutan terbuka, daerah pepohonan dan perkebunan, bahkan semak dan kebun-kebun, lalu di dekat rawa-rawa, dan persawahan, terutama di dataran rendah dan kaki-kaki bukit. Umumnya hidup di ketinggian 1000 m, tetapi dapat juga ditemukan pada ketinggian 1500 m.
Berbiak : Tidak ada catatan di Indonesia Kebanyakan sebagai burung pengembara (migran), pindah ke selatan pada akhir Agustus – Nopember dan kembali bulan Maret hingga pertengahan Mei.
Makanan : Mengunjungi daerah terbuka seperti savana untuk berburu serangga besar, kadal, burung kecil, mamalia kecil, ikan kecil dan bahkan udang sungai dan katak.
Status Migrasi : Melakukan migrasi pada musim dingin selama bulan Agustus sampai Nopember dan Kembali bulan Maret hingga Mei. Di Indonesia diketahui masuk melalui Sumatera, Borneo, Sulawesi kemudian ada beberapa jalur lagi sampai ke Wintering Area. Di jawa, lokasi pengamatan migrasi di jawa barat adalah Puncak, Bogor, Gunung Tangkuban Perahu, Papandayan, Cibodas, Halimun Salak. Kemudian ke timur melewati Merapi, Semarang, Bromo ke Bali, Lombok sampai Flores. Kemungkinan di flores mereka menetap selama di utara sedang musim dingin hingga kembali musim semi(Spring Migration).
Status Perlindungan Dilindungi Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8 tahun 1999.
Sumber keterangan (http://raptorindonesia.org/elang-alap-cina/)

Elang Alap Cina  Dewasa Jantan / Fotografer Andi Admiral

Elang Alap Cina  dewasa Betina / Fotografer Deddy Darmawan

2 ekor Elang Alap Cina  Dewasa Jantan : Fotografer : Andi Admiral

3.  Elang Alap Nipon/Japan || Japanes Sparrowhawk (Accipiter gularis (Temminck and Schlegel, 1844).
Karakteristik : Berukuran kecil dengan panjang tubuh 23-30 cm, Rentang sayap 46-58 cm, berat tubuh untuk individu Jantan 92-142 gram dan Betina 111-193 gram. Sangat mirip dengan Elang-alap Besra dan Elang-lap Jambul, tetapi terlihat lebih kecil dan gesit. Jantan dewasa : tubuh bagian atas abu-abu, ekor abu-abu dengan beberapa garis melintang gelap, dada dan perut merah karat pucak dengan strip hitam sangat tipis di tengah dagu, setrip kumis tidak jelas.
Betina : tubuh bagian atas coklat (bukan abu-abu), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris-garis coklat melintang rapat. Remaja : Dada lebih banyak coretan daripada garis-garis melintang dan lebih merah karat. Iris kuning sampai merah, paruh biru abu-abu dengan ujung hitam, sera dan khaki kuning-hijau.
Penyebaran Di Dunia   : Berbiak di Paleartik, Asia timur, pada musim dingin menyebat ke selatan sampai Sunda Besar. Sementara Di Indonesia : Simeulue, Kepulauan Banyak, Nias, Sumatra, Riau dan Kepulauan Lingga, Bangka, Belitung, Kalimantan, Kepulauan Laut Kecil, Jawa, Bali, Sumbawa, Flores, Timor, Tanahjampea, Sulawesi, Sangihe dan Kepulauan Talaud.
Habitat : Berburu di pinggiran hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Berburu dari tenggeran di pohon, tetapi kadang-kadang terbang berputarputar mengamati di bawahnya denga cara terbang ”kepak-kepak-luncur” yang khas.
Berbiak : Musim kawin di Jepang terutama bulan Juni – Agustus.
Sarang: Sarang kecil sederhana, terdiri dari ranting dan kulit kayu, disulami dedaunan hijau, hingga ketinggian 10 m di atas tanah. Tidak ada data ukuran sarang.
Makanan : Mengunjungi daerah terbuka seperti savana untuk berburu serangga besar, kadal, burung kecil, mamalia kecil, ikan kecil dan bahkan udang sungai dan katak.
Status Migrasi : Melakukan migrasi pada musim dingin selama bulan Agustus sampai Nopember dan Kembali bulan Maret hingga Mei. Di Indonesia diketahui masuk melalui Sumatera, Borneo, Sulawesi kemudian ada beberapa jalur lagi sampai ke Wintering Area. Di jawa, lokasi pengamatan migrasi di jawa barat adalah Puncak, Bogor, Gunung Tangkuban Perahu, Papandayan, Cibodas, Halimun Salak. Kemudian ke timur melewati Merapi, Semarang, Bromo ke Bali, Lombok sampai Flores. Kemungkinan di flores mereka menetap selama di utara sedang musim dingin hingga kembali musim semi(Spring Migration).
Kebiasaan : Pengunjung pada musim dingin September-November dalam jumlah besar. Mengunjungi daerah terbuka seperti savana untuk beberburu burung kecil dan serangga.
Status Perlindungan : Dilindungi Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8 tahun 1999.
Sumber Keterangan (http://raptorindonesia.org/elang-alap-jepang/)

Elang Alap Nipon Betina Dewasa / Fotografer : Andi Admiral

 
Elang Alap Betina Dewasa / Fotograger Ismawan Hariadi










URGENSI TOLERANSI DI TENGAH MEREBAKNYA ANCAMAN ISU SARA

Pada 16 November, masyarakat dunia memperingatinya sebagai hari toleransi internasional . M ereka berbondong-bondong menyuarakan toler...