RIBUAN
ELANG (RAPTOR) MIGRAN SERBU PULAU LOMBOK
Oleh
Andi Admiral, Deddy Darmawan dan Ismawan Hariadi
Dalam dua minggu terakhir di Bulan
Oktober 2014, Pulau Lombok mulai “diserang” dengan kedatangan ratusan sampai
dengan ribuan ekor burung elang (Raptor) / Burung Pemangsa yang terbang dari
(migrasi) Asia Timur. Fenomena ini akan terus terjadi hingga akhir November
2014. Berdasarkan data Raptor Indonesia (salah satu lembaga yang aktif
melakukan pengamatan terhadap perjalanan burung Raptor Migran), bahwa Burung
pemangsa atau raptor, lebih umum dikenal dengan sebutan “Elang” memanfaatkan
alam Indonesia yang beriklim tropis dan hangat untuk mencari makan dan bertahan
hidup sampai mereka siap untuk berbiak (kawin) dan kembali ke tempat asalnya.
Pada saat – saat migrasi burung – burung elang tersebut terbang membentuk
sebuah kelompok yang sangat besar mulai dari ratusan hingga ribuan ekor dan
sungguh merupakan fenomena alam yang menjadi pemandangan luar biasa.
Atas dasar tersebut, Lombok Wildlife
Photography (LWP) sebagai salah satu komunitas yang bergerak dalam bidang
Fotografi Kehidupan Liar terus berupaya melakukan pengamatan dan
mendokumentasikan kehadiran ribuan raptor yang masuk ke wilayah Pulau Lombok.
LWP sebagai komunitas dengan beberapa member aktif dan solid dengan aturan grup
yang telah disepakati bersama hingga kini masih memanfaatkan jejaring social
facebook dalam berkomunikasi antar member, juga selain melalui telepon selular
serta lewat tag (tanda) dalam fitur facebook tersebut, juga kami para member
berbagi informasi tentang temuan foto satwa menarik kepada semua orang di luar
grup baik di jejaring facebook, website fotografi, website pendidikan seperti
Wikipedia dll. LWP SANGAT berkonsentrasi pada fotografi SELURUH satwa liar
HANYA SAJA pada beberapa bulan ini trend foto burung sedang diminati para
member, tetapi tidak menutup mata pada objek-objek satwa menarik lainnya
seperti foto serangga (macro), mamalia dan ular (reptile) yang sangat rajin
juga didokumentasikan para member. LWP sangat terbuka, membuka diri dan sangat
MENGHARGAI terutama kepada semua fotografer di Lombok pada khususnya dan diluar
Lombok pada umumnya yang ingin bergabung, “IKUT HUNTING BERSAMA DAN AKTIF BERKARYA”. Untuk diketahui, LWP
bukan sebagai komunitas eksklusif dalam berbagi informasi eksplorasi,
pengamatan, dan mendokumentasikan kekayaan Flora dan Fauna yang ada di wilayah
Pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya tentunya.
Pengamatan dan pendokumentasian khususnya bagi fenomena kehadiran burung Raptor
yang terjadi 2 (dua) kali dalam setahun yaitu sekitar bulan Maret s/d Mei dan
bulan September s/d Nopember di wilayah Pulau Lombok, hingga saat ini masih
sangat kurang, bahkan catatan atau data (dokumen) tentang jalur masuk dan
habitat yang sering disinggahi di wilayah Pulau Lombok (bahkan NTB secara umum)
masih sangat sedikit (minim). Selain itu, fenomena kehadiran Raptor Migran ini
belum banyak disaksikan ataupun diketahui oleh masyarakat luas di NTB. Padahal,
fenomena Raptor migran ini hanya terjadi 2 kali dalam setahun. Dengan jumlah
populasinya yang relatif besar, yakni mencapai puluhan ribu ekor, sangat
menarik untuk dicermati dan dapat menjadi objek wisata di wilayah Pulau Lombok,
jika dikelola dengan baik dan professional.
Karena itu, LWP berharap seluruh elemen masyarakat NTB, terutama bagi
akademisi, peneliti, pencinta lingkungan maupun satwa liar, fotografer, dan
seluruh komponen masyarakat dapat mengetahui fenomena dan siklus kehidupan
Raptor Migran. Mereka bermigrasi untuk menghindari cuaca dingin di belahan
timur dan utara bumi. Pulau Lombok dari NTB ini mendapat kehormatan menjadi
daratan dan jalur lintasan sekaligus persinggahan sementara bagi para Raptor
tersebut dan jika fenomena ini dapat dikelola dengan baik dapat menjadi potensi
ekowisata tetap di Pulau Lombok.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara yang dilakukan LWP sejak 18 s.d 23
Oktober 2014, pukul 08.00 s.d 17.00 Wita, terpantau jumlah raptor migran yang
melintas dan masuk wilayah Pulau Lombok, tercatat sekitar 200 hingga 300 ekor
perhari. Pengamatan ini dilakukan di sepanjang pesisir utara Pulau Lombok,
yakni Pantai Nipah, Kecinan, Mentigi, dan Teluk Nara Kec Pemenang Kab Lombok
Utara. Selain itu, anggota LWP juga telah menemukan Raptor jenis Sikep Madu
Asia yang melintas di atas Bendungan Batujai Kab Lombok Tengah, namun masih
dalam jumlah sangat sedikit. Sementara jumlah populasi ini diperkirakan masih
akan meningkat mencapai ribuan ekor perhari, terutama pada awal hingga
pertengahan November 2014.
Untuk sementara jalur lintasan pintu
masuknya burung Raptor migran di Pulau Lombok tersebut disimpulkan melalui
jalur Pantai Utara Lombok (melintas diatas Gili Trawangan), kemudian tersebar
melalui jalur Selatan dan sebagian ke arah timur lereng Gunung Rinjani,
kemudian menuju Nusa Tenggara Timur dan Australia. Raptor Migran ini melintas
benua dengan jarak puluhan ribu kilometer untuk mencari makan atau untuk
mendapatkan cuaca yang hangat untuk melanjutkan siklus perkembangbiakan mereka.
Terbang menyebrangi lautan yang sangat jauh tersebut tentu membutuhkan energy
yang sangat besar, demi menghemat tenaga Raptor migran ini memanfaatkan energi
matahari. Caranya, di pagi hari mereka sudah bersiap-siap di ujung dahan pohon
yang tinggi. Ketika hari makin siang, udara makin panas, maka akan muncul
gejala thermal (udara yang bergerak ke atas karena panas).
Raptor inipun terbang berputar ke atas (soaring), setinggi mungkin mengikuti
thermal. Selanjutnya kawanan burung inipun akan meluncur/melayang sejauh
mungkin. Ketika sudah rendah, mereka akan terbang ke atas kembali melakukan soaring dan seterusnya. Malam hari pun
mereka beristirahat menunggu matahari esok pagi. Burung-burung ini akan tetap
berkunjung ke Pulau Lombok, sejauh alamnya masih terjaga asri. Bila alam sudah
berubah, mungkin mereka akan berpindah ke tempat ‘wisata’ lain, karena itu
menjadi tanggung jawab bersama untuk terus melestarikan alam (hutan).
Dari 8 jenis sepesies Raptor migran yang terdata pernah masuk dan melintas di
wilayah Pulau Lombok dalam setiap tahun musim migrasi (Oktober-November), saat
ini baru teridentifikasi 3 jenis, yakni Elang
- Sikep Madu Asia atau Oriental Honey –
buzzard (Pernis ptilorhynchus),
Elang-Alap Cina atau Chines Sparrowhawk (Accipiter soloensis), dan Elang
Alap Nipon/Jepang atau Japanes Sparrowhawk
(Accipiter gularis). Hanya saja
jumlah jenis populasi yang terdata pernah masuk Pulau Lombok belum memiliki
data perbandingan, karena kurangnya data.
Di beberapa daerah di Indonesia, bahkan dunia, banyaknya jumlah populasi
burung-burung migran, banyak sekali mendapat perhatian dari para pemerhati
raptor. Bahkan, mereka mendirikan komunitas-komunitas pecinta burung untuk bisa
melakukan pemantauan bersama terhadap populasi yang melakukan migrasi. Untuk
tahun 2014, beberapa kegiatan dilakukan dalam bentuk festival, seperti di
Puncak Paralayang Bogor Jawa Barat, Puncak Gunung Batu Lembang Jawa Barat,
maupun di Gunung Sega Bali Denpasar. Sementara di Thailand, para peneliti
Raptor berkumpul di Radar Hill, Chumpon dan di Malaysia, para peneliti juga berkumpul
di Tanjung Tuan guna memastikan terjaminnya kelangsungan hidup satwa dilindungi
yang juga menjadi gambaran tetap terjaganya kelestarian alam itu. Disana juga
ada kelompok studi, terdiri dari berbagai peneliti dari berbagai negara seperti
Jepang, Korea, Thailand. Biasanya, mereka juga berkomunikasi dengan kita di
Rupat untuk memastikan rute tempuh raptor tersebut.
Sayangnya di Pulau Lombok belum ada lokasi paten untuk pengamatan pintu masuk
raptor. Karena itu, hasil pengamatan yang dilakukan LWP, terdapat beberapa
titik lokasi yang dapat dijadikan pengamatan pintu masuk Raptor, sekaligus
menjadi objek wisata tahunan bagi para pengamat Raptor Migran di dunia, yakni
Gunung Pejanggi, Gunung Baturuku dan Gunung Malimbu yang semuanya terletak di
wilayah Utara Pulau Lombok. Lokasi yang paling strategis dapat dikembangkan
adalah bukit diatas Kantor LIPI NTB yang terletak di Teluk Nare Kec Pemenang
Kab Lombok Utara.
Sejumlah kawasan tersebut juga dapat menjadi kawasan konservasi Raptor di NTB,
khususnya Pulau Lombok. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan
kerjasama yang baik dari pemangku kawasan, baik dari pihak pemerintahan,
praktisi dan peneliti, masyarakat bahkan stakeholder yang berada di kawasan
tersebut. Dalam hal ini, LWP akan berupaya menggagas Festival Pengamatan Raptor
Migran pada bulan Oktober-November 2015 (siklus tahunan) dengan mengundang dan
mengajak para pengamat burung, fotographer, Filmaker, Lembaga Konservasi, LSM,
bahkan secara individu untuk bersama-sama membuat video dokumentasi ini. Kegiatan ini bertujuan selain untuk
mengetahui sebaran raptor dari sisi jenis dan habitat, juga dapat menjadi
sensus Raptor yang ada di Pulau Lombok yang bernilai ekowisata dalam rangka
mendukung program Pemerintah Provinsi NTB untuk mewujudkan Visit Lombok-Sumbawa
2015. Wallahua’lam bissawab, semoga bisa
terwujud.
LAMPIRAN
FOTO DAN KETERANGAN :
1. Elang Sikap Madu Asia || Oriental Honey – buzzard || Pernis ptilorhyncus (Temmicnk, 1821).
Sub – species : Terdapat beberapa anak jenis
(sub species) untuk Sikep Madu Asia. P.p.orientalis berbiak di Asia
Timur ras migrant musim dingin, P.p.torquatus Sumatera, Jawa &
Kalimantan, memiliki jambul panjang 11 – 13 Cm, P.p.ptilorhyncus ras
jawa dengan jambul panjang dengan warna coklat cerah hingga gelap dan P.p.ruficolis
tersebar di Asia Selatan yang juga bermigrasi ke Asia Tenggara.
Karakteristik : Berukuran sedang 53 – 65 cm
memiliki warna bulu yang sangat bervariasi mulai dari Gelap (dark morp), Coklat
(Brown morph), Terang (Light Morph) dan yang memiliki corak garis melintang di
perut. Semua bentuk mempunyai warna tenggorokan berbercak pucat kontras,
dibatasi oleh garis tebal hitam, sering dengan garis mesial. Ciri lainya adalah
ketika terbang leher panjang dan kepala relatif kecil menyempit. Paruh abu – abu,
kaki kuning, bulu berbentuk sisik pada jarak dekat.
Jantan: Memiliki warna pipi abu – abu
pucat dengan warna iris mata gelap. Garis ekor berpola teratur tiga garis
kontras, Hitam, Putih , hitam tebal. Betina : Memiliki warna pipi
terang tanpa warna abu – abu dengan warna iris mata Kuning. Pola ekor yang
tidak teratur dengan warna hitam, terang, hitam, terang, hitam terlihat seperti
garis 4 – 6 garis ekor.
Juvenile : Warna “cere” kuning kontras
dengan warna paruh yang keabu – abuan, wing wondows cenderung terang dan warna
ekor tidak berpola.
Habitat : Hutan hujan daratan dengan curah
hujan sedang sampai tinggi. Sering mengunjungi hutan pegunungan. Lebih menyukai
kawasan dengan hutan hujan alami dengan jumlah populasi lebah alami yang
tinggi.
Berbiak : Musim kawin umumnya bulan Juni
hingga Agustus. Sarang berukuran lebar sekitar 80 cm atau lebih dengan
kedalaman 25 cm atau lebih dan di India lebih kecil dengan lebar 40 – 50 cm dan
kedalaman 20 cm. Terdiri dari ranting kering dan jarang dedaunan hijau. Jumlah telur
rata – rata 2 butir dengan masa pengeraman 28 – 35 hari.
Makanan : Makanan utamanya adalah larva
lebah, sarang lebah, kepompong, lalat kerbau menjadi makanan yang disukainya.
Kadang memakan reptilia seperti ular.
Kebiasaan dan Status Migrasi : Menyerang dan merusak sarang
lebah untuk mendapatkan larva dan madu sebagai makanan utamanya. Sewaktu
terbang terlihat kepakan yang khas. Flap – flap – flap Glide. Merupakan
pengunjung musim dingan yang umum dan teratur di Indonesia antara bulan Oktober
– November (Autumn Migration) dan Maret – Mei (Spring Migration ).
Status Keterancaman dan
Perlindungan : Hilangnya hutan dataran rendah di Indonesia yang menjadi wintering
area. Perburuan illegal dan perdagangan serta pemeliharaan kalangan hobbies
menjadi ancaman serius bagi konservasi raptor di Indonesia. Kegiatan pemantauan
rutin merupakan kegiatan positif untuk kampanye konservasi raptor di lokasi
yang menjadi perlintasan, persinggahan bahkan tinggal raptor migrant. Dilindungi
Undang – Undang No. 5 Tahun 1990 dan PP 7 & 8 tahun 1999. Least Consern
(IUCN 2011), Appendix II CITES.
Sumber keterangan (http://raptorindonesia.org/sikep-madu-asia/)
Sub Spesis Orientalis : Sepasang
Jantan (posisi atas) dan Betina (posisi bawah) / Fotografer : Andi Admiral
Sub Spesis Orientalis Female
(betina) / Fotografer : Andi Admiral
Sub Spesis Orientalis Male (Jantan)
/ Fotografer : Deddy Darmawan
Sub Spesis Orientalis Male (Jantan)
/ Fotografer : Deddy Darmawan
Sub Spesis Orientalis Male (Jantan) / Fotografer :
Andi Admiral
Sub Spesis Orientalis Male (Jantan) / Fotografer :
Andi Admiral
2. Elang-alap Cina || Chines Sparrowhawk (Accipiter
soloensis Horsfield, 1821).
Berukuran kecil. Panjang tubuh
27-35 cm, Rentang Sayap 52-62 cmdan berat tubuh untuk individu jantan 140 gram dan
Betina 204 gram.
Dewasa: ” Tubuh bagian atas berwarna abu-abu gelap”. Tubuh bagian bawah umumnya
putih”. Tenggorokan dan sisi perut berwarna merah muda hingga coklat kekuning
kuningan” dan ”Bulu prmer yang kehitaman” merupakan ciri yang membedakannya dari
jenis lain. Individu jantan dan betina umumnya sama, bagian dada punggungnya
lebih kecoklatan dan lebih pudar, bagian dada dan sisi perut berwarna merah
karat tipis hingga coklat kekuningan dengan gars lengkung ke bawah dan
melintang. Mata coklat tua hingga merah tua. Remaja: Tubuh bagian bawah
semuanya berwarna krem-putih, dengan garis-garis membujur dan coretan pada ekor
bagian bawah. Mata berwarna kehijauan.
Penyebaran Di Dunia : Berbiak di Pulau Ussuri Selatan
dan Korea, Cina Tengah, Cina Selatan dan Taiwan. Pada musim dingin mengunjungi
Cina Tenggara dan Hainan, melewati Indocina Selatan, Filipina dan Indonesia dan
terus ke Papua New Guinea barat dan biasanya hingga Micronesia Barat. Di
Indonesia: Andaman, Nicobars, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara (paling tidak Bali
dan Flores), Maluku (Bag. Utara P. Bacaan dan Halmahera), Sula, Sulawesi,
Buton, Sangir dan Talaud (Sulawesi Utara).
Di Indonesia : Simeulue, Nias, Kepulauan Banyak,
Sumatra, Kepulauan Tambelan, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,
Sulawesi, Buton, Sula, Sangihe dan Kepulauan Talaud, Ternate, Halmahera,
Morotai, Bacan, Waigeo dan Gag.
Habitat : Kebiasaannya mendiami hutan-hutan
terbuka, daerah pepohonan dan perkebunan, bahkan semak dan kebun-kebun, lalu di
dekat rawa-rawa, dan persawahan, terutama di dataran rendah dan kaki-kaki
bukit. Umumnya hidup di ketinggian 1000 m, tetapi dapat juga ditemukan pada
ketinggian 1500 m.
Berbiak : Tidak ada catatan di Indonesia
Kebanyakan sebagai burung pengembara (migran), pindah ke selatan pada akhir
Agustus – Nopember dan kembali bulan Maret hingga pertengahan Mei.
Makanan : Mengunjungi daerah terbuka
seperti savana untuk berburu serangga besar, kadal, burung kecil, mamalia
kecil, ikan kecil dan bahkan udang sungai dan katak.
Status Migrasi : Melakukan migrasi pada musim
dingin selama bulan Agustus sampai Nopember dan Kembali bulan Maret hingga Mei.
Di Indonesia diketahui masuk melalui Sumatera, Borneo, Sulawesi kemudian ada
beberapa jalur lagi sampai ke Wintering Area. Di jawa, lokasi pengamatan
migrasi di jawa barat adalah Puncak, Bogor, Gunung Tangkuban Perahu,
Papandayan, Cibodas, Halimun Salak. Kemudian ke timur melewati Merapi,
Semarang, Bromo ke Bali, Lombok sampai Flores. Kemungkinan di flores mereka
menetap selama di utara sedang musim dingin hingga kembali musim semi(Spring
Migration).
Status Perlindungan Dilindungi Undang-Undang No. 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8
tahun 1999.
Sumber keterangan (http://raptorindonesia.org/elang-alap-cina/)
Elang
Alap Cina Dewasa Jantan / Fotografer
Andi Admiral
Elang
Alap Cina dewasa Betina / Fotografer
Deddy Darmawan
2
ekor Elang Alap Cina Dewasa Jantan :
Fotografer : Andi Admiral
3.
Elang Alap Nipon/Japan || Japanes Sparrowhawk
(Accipiter
gularis
(Temminck and Schlegel, 1844).
Karakteristik : Berukuran kecil dengan panjang
tubuh 23-30 cm, Rentang sayap 46-58 cm, berat tubuh untuk individu Jantan
92-142 gram dan Betina 111-193 gram. Sangat mirip dengan Elang-alap Besra dan
Elang-lap Jambul, tetapi terlihat lebih kecil dan gesit. Jantan dewasa : tubuh
bagian atas abu-abu, ekor abu-abu dengan beberapa garis melintang gelap, dada
dan perut merah karat pucak dengan strip hitam sangat tipis di tengah dagu,
setrip kumis tidak jelas.
Betina : tubuh bagian atas coklat
(bukan abu-abu), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris-garis coklat
melintang rapat. Remaja : Dada lebih banyak coretan daripada garis-garis
melintang dan lebih merah karat. Iris kuning sampai merah, paruh biru abu-abu
dengan ujung hitam, sera dan khaki kuning-hijau.
Penyebaran Di Dunia :
Berbiak di Paleartik, Asia timur, pada musim dingin menyebat ke selatan sampai
Sunda Besar. Sementara Di Indonesia : Simeulue, Kepulauan Banyak, Nias,
Sumatra, Riau dan Kepulauan Lingga, Bangka, Belitung, Kalimantan, Kepulauan
Laut Kecil, Jawa, Bali, Sumbawa, Flores, Timor, Tanahjampea, Sulawesi, Sangihe
dan Kepulauan Talaud.
Habitat : Berburu di pinggiran hutan, di
atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Berburu dari tenggeran di pohon,
tetapi kadang-kadang terbang berputarputar mengamati di bawahnya denga cara
terbang ”kepak-kepak-luncur” yang khas.
Berbiak : Musim kawin di Jepang terutama
bulan Juni – Agustus.
Sarang: Sarang kecil sederhana, terdiri dari ranting dan kulit kayu, disulami
dedaunan hijau, hingga ketinggian 10 m di atas tanah. Tidak ada data ukuran
sarang.
Makanan : Mengunjungi daerah terbuka
seperti savana untuk berburu serangga besar, kadal, burung kecil, mamalia
kecil, ikan kecil dan bahkan udang sungai dan katak.
Status Migrasi : Melakukan migrasi pada musim
dingin selama bulan Agustus sampai Nopember dan Kembali bulan Maret hingga Mei.
Di Indonesia diketahui masuk melalui Sumatera, Borneo, Sulawesi kemudian ada
beberapa jalur lagi sampai ke Wintering Area. Di jawa, lokasi pengamatan migrasi
di jawa barat adalah Puncak, Bogor, Gunung Tangkuban Perahu, Papandayan,
Cibodas, Halimun Salak. Kemudian ke timur melewati Merapi, Semarang, Bromo ke
Bali, Lombok sampai Flores. Kemungkinan di flores mereka menetap selama di
utara sedang musim dingin hingga kembali musim semi(Spring Migration).
Kebiasaan : Pengunjung pada musim dingin
September-November dalam jumlah besar. Mengunjungi daerah terbuka seperti
savana untuk beberburu burung kecil dan serangga.
Status Perlindungan : Dilindungi Undang-Undang No. 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8
tahun 1999.
Sumber Keterangan (http://raptorindonesia.org/elang-alap-jepang/)
Elang Alap Nipon
Betina Dewasa / Fotografer : Andi Admiral
Elang Alap Betina
Dewasa / Fotograger Ismawan Hariadi